Wednesday 11 May 2016

Solo #1 : Keberangkatan!

Jadi tanggal 26 April malam, aku lagi nonton film tentang kelelawar. Jam setengah satu pagi, ayahku terbangun. Beliau main handphonelah. Sampai jam satu malam... Tiba-tiba dari mulutnya keluar kata-kata, "Teteh ga mau ke Solo?"
Mau lah, kataku. Sudah dua tahun keluargaku tidak ke Solo. Dengan mudah aku bisa me-recall rasa rinduku akan Solo dan orang-orangnya.

"Tapi kan ada pentas."

Ya, aku dan kawan-kawan Rumah Dunia saat itu tengah sibuk-sibuknya latihan untuk pentas kami pada tanggal 30 April 2016.
"Kan ditunda," kata Papahku. Aku berjengit. "Jadi ditundanya, Pah?" "Iya. "
"Jadi tanggal berapa?" "Nggak tahu juga, katanya sih tanggal 9."
Aku termangu.
"Makanya. Ke Solo, gih!"
"Ya udah, deh. Kapan?"
"Pagi ini aja, jam sepuluh Papah mau ke Jakarta naik kereta. Sekalian."

Aku langsung ngibrit ke kamar, bersiap.
Papahku tidak memberiku batas waktu kapan aku harus pulang. Aku juga tidak yakin pada janji tanggal sembilan mei, karena beberapa hal yang sudah kami lalui seperti digantung, dipehapein, de el el.

Aaa, pikiranku agak kalut. Si papah mah suka begitu. Apa kata mamah dan adik-adikku pagi nanti, ya?


Jam empat pagi aku selesai bersiap, wk, maklum, namanya juga perempuan! Agak banyak gitu bawaannya. Terus, aku bobo sampai jam setengah tujuh. Tenang, aku lagi tidak sholat. Aku sebelumnya terbangun karena mendengar suara Mamahku menanyakan persiapanku, lalu adik-adikku yang ribut, "Teteh mau ke Solo? Kok bisa?!" "Iya, teteh juga ngga tauuu." Kataku geli. "Maaah, kita kapan ke Solo?" Teriak mereka.


Dan begitulah! Mamah mengantar aku dan Papah ke stasiun Serang. Aku naik kereta Krakatau yang jalurnya dari Merak - Kediri. Aku akan berhenti di Stasiun Purwosari, katanya jam 22.59. Tiket yang tersisa hanya yang 300.000,-. Biasanya ada yang dua ratus ribuan. Ya sudah lah ya.

Papah minta gerbong yang dekat restorasi. Gerbong Restorasi if i'm not mistaken, ada diantara gerbong 4 dan 5, eh, apa gerbong 5 dan 6 ya? Ah, tanyain aja sendiri deh ya!

Oke, jadi ini pertama kalinya aku sendirian ke Solo. Tadinya, pernah berdua dua kali, sama sepupuku dan keduanya sama Mamah. And I'm thrilled!!

Papahku ngasih wejangan aja selama di jalan. Kami makan di restorasi dengan nasi goreng telur ceplok seharga 20.000,- dan Milo panas seharga 8.000,- . Tidak ada es batu di atas kereta, hanya ada mesin pendingin berisi minuman kemasan dan air mineral. Sebenarnya aku tida biasa makan nasi di pagi hari, tapi karena pengen nyoba, jojong. Sebenarnya lagi, ada Roti O yang dibanderol harga antara 9-12 ribu gitu.

Kami berpisah di Stasiun Tanah Abang. Papahku pergi. Dadah Papah...

Aku pun bobo. Aku pakai tas pinggang, jadi aku ngerasa cukup aman. Bobonya bisa selonjoran karena kereta masih cukup lengang. Disini banyak hal lucu yang bikin aku cecengiran. Oiya, toiletnya diluar ekspektasiku, enak! Sampai dua pertiga perjalanan, di toilet gerbongku, tisunya masih ada. Toiletnya juga lumayan luas, sekitar 2 x 2 m kali ya. Kacanya besar, dan ada wastafelnya dengan sabun cair! Me yay!

Papah mewantiku untuk mengobrol dengan orang dan berkenalan dengan mereka. Bahkan Papah memulainya duluan, iih, padahal aku juga bisa.
Well, menurutku selain bisa mendengarkan pengalaman mereka yang notabene lebih dewasa dariku, aku juga lebih aman, karena kalau ada orang yang mau jahat padaku saat aku tidur misalnya, orang-orang di dekatku pasti akan bertindak.

Oya, karena bawaanku yang sudah cukup banyak, tas beroda yang seperti koper, tas pinggang dan sling bag, aku malas saat disodori Papahku buku dari mobil untuk jadi teman perjalananku. Lah, bukunya The Rennaissant yang tuebel gila. Aku berkilah, toh ada handphone, kuota, power bank, dan tentu saja colokan di kereta!

Eh ternyata, aku menyesal. Lama ya di kereta itu.


Di jalan... aku masih bingung. Aku ke Solo untuk agenda apa? Rekreasi? Jadilah aku searching di google.

Eh lalu, aku merencanakan liburanku kali ini, ialah untuk silaturahim. Aku hubungi tetehku di Malang, temanku di Kediri, dan ibu guruku di Jogja. Kalau yang di Solo mah tidak usah ditanya :D

Gygylz Malang jauh juga! Kediri lumayan dekat, namun karena beberapa kendala aku tida jadi kesana.


Pukul 16.00 . Kereta masih di Bekasi. Serius?! Haaaaaah! Ada beberapa kendala sehingga kereta harus berhenti cukup lama beberapa kali. Beteeeee.

Aku mengabari eyangku, mungkin akan telat jauh. Mungkin aku baru sampai jam satu. Eh, diluar dugaan, setelah dari Bekasi, kereta berjalan cukup cepat dan bahkaaaaan sampai di Purwosari pukul 23.29 an! Hanya telat setengah jam! Padahal jam 16.00 nya kami masih di Bekasi.


So, my must-bring items are:
- Power Bank!
- Google Map App inside handphone
- Tas pinggang
- Sunglasses

Sebenarnya ada hal-hal cem alat mandi dan sunblock yang tak kubawa. Hiks. So fatal ryte.

Segitu dulu deh ya mancemans!
See you in Part 2.










Wednesday 4 May 2016

Anxious at Time.

Bahwasanya perjalanan, ialah ujian.
Bukan permainan.
(Kok kayak lagu)

Aku menengok saat terjadi pembicaraan antara dua orang bapak. Yang satu baru saja datang saat bus yang kunaiki singgah di pemberhentian di Krapyak. Dan bapak yang satunya lagi. Ternyata menduduki kursi jatah bapak yang baru datang. Si bapak yang satunya lagi pun pindah. Dan bapak yang baru datang pun duduk. Perhatianku tersedot pada tas yang ia rengkuh diantara kedua tangannya, tas laptop hitam yang penuh dan cukup besar. Jelas isinya bukanlah laptop. Kenapa tidak dimasukkan bagasi? Pikiranku langsung melayang pada... Bom.

Astaga.
Pikiranku yang tadinya runyam, karena televisi di bagian depan bus yang tanpa henti memutar rekaman video konser tembang Jawa dengan biduan berrok mini dan suara centil yang melalaikan, dipadu dengkuran seorang Bapak anonim yang membuatku bergidik( Ah. Dengkuran kuranglah tepat, ngorok, ya, itu lebih pas!)... Perlahan mulai terfokus.


Bus kan tidak pakai sistem pengecekan barang bawaan seperti di pesawat. Bahkan, berat maksimal bagasi perorangan yang menurut ketentuan tertulisnya tidak boleh lebih dari sepuluh kilogram, cuma hoax belaka.

Aku langsung ngeri. Aku belum mau mati, Pak, Bapak siapa, ngajak-ngajak? Nanti oleh-olehku bagaimana? Hah, aku langsung terbayang ceret lukis yang baru kubeli untuk Papah... Ada diantara abu, masih berasap namun cukup utuh untuk dijadikan objek foto para wartawan untuk headline koran mereka.

Naudzubillah.

Aku membayangkan serpihan dagingku, merah, berserakan. Astaga.
Aku ingin sekali menanyainya perihal isi tasnya...

Ketika berangkat, jujur saja, aku tidak khawatir. Aku berangkat dengan kereta dan ketakutan terbesarku ialah mengenai tasku dan barang-barang berharga didalamnya.

Sedihnya, kemarin saat aku hendak membeli tiket kereta Solo-Serang du Stasiun Purwosari untuk hari ini, semua sudah ludes. Berhubung tidak ada kereta ke Serang dari Stasiun Balapan, aku yang bersepeda tepat setelah dzuhur, menyesal, lantas bersepeda lagi menuju terminal Tirtonadi yang... Yah, tidak dekat, ditambah lagi baterai handphoneku yang hampir habis sehingga aku tidak tega menggunakan google map. Jadilah aku nyasar-nyasar. Ntaps biez.

Membeli tiket bus adalah perjuangan, apalagi di terminal yang tidak kamu kenal, apalagi dengan BANYAKnya calo yang menyambut saat kamu memasuki pintu utama, apalagi saat kamu tidak bisa berbahasa Jawa dengan lancar, apalagi saat kamu sendirian secara fisik.

-

Sekarang. Ketika pulang menaiki bus, ya, aku kembali tersadarkan; perjalanan berarti mengambil resiko kemungkinan mati di tengah orang asing.

-

Aku pun agak takut, tulisanku ini jika hanya disimpan di notes handphone, maka saat busnya meledak... Tulisanku ikut terbuang, sia sia, bersama handphone yang remuk.

-

Dari Bella yang menitip doa.

Popular Posts

Blogger templates

Powered by Blogger.