YGY #2: Blissful Kaliurang
Caution: lebih baik baca postingan sebelumnya ya, supaya nggak have no idea what I'm talking about.
Hello fella! Back to perjalanan menuju rumah Bu ari! By the way, aku tidak bawa oleh-oleh apapun untuk keluarganya, lhoðŸ˜. Tidak sempat, hiks. Akhirnya aku merencanakan mau beli oleh-oleh di Pasar Pakem saja. Ini jangan ditiru ya, dan di jalan aku juga asa ngga enak... Lha aku nih gimana, masa orang situ dibeliin makanan situ juga ya? Stupid I was. Tapi bagaimana dong?
Selama perjalanan, yang naik ke mobil elf mayoritas ibu-ibu dan nenek-nenek yang kebanyakan membawa barang dagangan mereka. Oya, elf yang kunaiki hanya sampai pasar pakem.
Salah satu penumpang di depanku, seorang nenek yang membawa keranjang. Aku mengobrol dengannya dan ternyata beliau membawa telur-telur ayam kampung dan telur bebek untuk dijual di pasar Pakem. Ia menjualnya seharga 1500 atau 2000 rupiah gitu, maafkan yaa aduh aku nggak mengingatnya baik-baik. Itu muraaah sekali mengingat harga di pasar saja 3000 sampai 3500 rupiah.
Akhirnya aku beli lima telur ayam kampung dan lima telur bebek. Tapi temen-temen, alangkah bagusnya ya kalau kita beli dengan lebih manusiawi, sekaligus mensupport pedagang lokal. Mereka mah ngambil untung cuma beberapa ratus perak saja, nggak kayak di mall yang berlipat-lipat. Jadi, ditambahin aja. Masa kalau beli di mall hayuk hayuk aja, tapi giliran di pedagang kecil nawarnya naujubile.
Back to tha story, lucunya si Ibu nggak bawa plastik dan begitupuun aku juga! Akhirnya, aku pakai beanie(kupluk) milik adikku yang kupinjam hehe sebagai wadah telur... :') Maafkhand daku ok.
Akhirnya aku sampai di Pasar Pakem! Aku turun sebelum gerbangnya. Lho, pasar sudah sepi dan pasarnya tidak sesuai ekspektasiku! Sangat amat sepi untuk pasar... jadi, aku nggak bisa beli apa-apa. *Nangis* ah, meski nggak lazim, untung juga yha aku beli telur tadi.
Lalu, aku pun menunggu Bu Ari menjemputku, karena katanya dari Pasar Pakem menuju rumah Bu Ari, nggak ada angkutan, hanya ada ojek dan nantinya cukup mahal! Dan jengjeng, datanglah Bu Ari dengan perut besarnya... (Saat itu Bu Ari belum melahirkan)
Menuju rumah Bu Ari, ternyata jalanannya makin naik gitu, yha iyalah mendaki gunung. Udaranya segar, dan ya gimana sih namanya juga gunung, ya?
DAN TERNYATA BU ARI BOHONG. Dari pasar Pakem ke rumah Bu Ari, jauh, coy. JAUH LIKE REALLY. Oya, aku juga melewati Taman Eden masa! Hehe, besutannya Lia Eden yang dulu sempat hip itu, lho. Ternyata ada dua tempat dan letaknya cukup berjauhan. Sekarang, kata Bu Ari, Taman Eden jadi hotel. Ada lagi yang jadi restoran.
Bu Ari memelankan motornya di depan sebuah rumah... sementara aku dalam hati sibuk merapal-rapal,
"Bukan yang ini, bukan yang ini, bukan yang ini.....,"
"Turun, gih, Bel!"
Serius Bu??????
Rumahnya lovely ba-nget! Kayak bentuk-bentuk rumahnya liliput, namun ukuran manusia gitu, awww. Dreamy! Tapi aku nggak mau pajang fotonya, yha. Aku pajang foto rumah-rumah yang aku kunjungi ketika aku jalan-jalan saja. And damn, mataku, paru-paruku, dimanja sekali disini...
I know! 💚 Green all da way!
Oh ya, perutku apalagi, aduh bukan dimanja lagi!
Kebetulan yang begitu menyenangkan(hehe), mertua Bu Ari sangat pandaaaaaaaai memasak! :'> Ah, pokoknya selama disana aku benar-benar merasa dimuliakan sekali 😠Baik sekali ya ampun keluarganya Bu Ari, banyak yang nggak aku tulis disini...
Dan Ibu mertua Bu Ari bahkan dengan pengertiannya menerima oleh-olehku yang absurd itu...
Aku juga diajak jalan-jalan ke Museum Gunung Merapi yang ternyata tidak jauh-jauh amat(lho?) dari rumah Bu Ari, lalu ke Dagu Pandang, dan ketika jalan-jalan sendiri karena menunggu Bu Ari yang sedang mandi, aku juga menemukan Taman Wisata Kaliurang, whoaaaaa damn yeeeeeeeesssss!!!!!!! Asyiqueee banget! Dan lagi, aku masuknya gretongan, bo! Aku baru tahu dari obrolan Bu Ari dan Ibu mertuanya kalau orang-orang biasanya masuk lewat pintu depan dan harus membayar, namun aku masuk lewat pintu belakang dan asa-asa dikira orang lokal. Hohoho.
Luas? Banget banget GIGILS.
Adem? Jangan dipertanyakan.
Luas? Eh udah ya.
Seru? Bangeeeeettttt! Sayang aku sendirian.
Foto-able? Lebih dari iya. Lebih dari BANGET.
Rame? Iya, tapi ramenya nggak padat! Pas, gitu!
Variasi tempat bermain? Banyaaaaaaaque!
Enak buat ngelamun? Sangat!
Kamar mandi? Banyak!
Kolam renang? Yo'i!
Outbond? Damn yeez!
Piknik? Hell yeaaaa!
Jadi selama di Kaliurang, aku bernafas aja kok rasanya bahagia, ya. Udaranya luarbiasa bersih dan segar. My kind of happiness.
Sebenarnya, dibalik semua kesuburan, kesejukan, kekayaan ini, ada cerita-cerita mengerikan yang menimbulkan trauma, guys.
Ibu mertua Bu Ari menceritakan padaku saat Gunung Merapi hendak meletus, bagaimana sekeliling mereka diselimuti abu, bagaimana semua warga akhirnya harus mengungsi memakai truk-truk, bagaimana barang-barang tanpa daya harus ditinggalkan, bagaimana rasanya naik motor di tengah gempuran hujan abu dan ketika sampai tujuan sudah tidak bisa mengenali diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka karena sudah seperti monster, diterpa air hujan lantas diselimuti abu sekujur tubuhnya...
It's even more more worse daripada yang aku ceritakan di atas. Mendengar cerita dari Ibu mertuanya Bu Ari membuatku merinding dan sedih sekali.
Huft. Segitu dulu, ya!
I hope my post kinda brings you there.
Salam,
Bella.
Hello fella! Back to perjalanan menuju rumah Bu ari! By the way, aku tidak bawa oleh-oleh apapun untuk keluarganya, lhoðŸ˜. Tidak sempat, hiks. Akhirnya aku merencanakan mau beli oleh-oleh di Pasar Pakem saja. Ini jangan ditiru ya, dan di jalan aku juga asa ngga enak... Lha aku nih gimana, masa orang situ dibeliin makanan situ juga ya? Stupid I was. Tapi bagaimana dong?
Selama perjalanan, yang naik ke mobil elf mayoritas ibu-ibu dan nenek-nenek yang kebanyakan membawa barang dagangan mereka. Oya, elf yang kunaiki hanya sampai pasar pakem.
Salah satu penumpang di depanku, seorang nenek yang membawa keranjang. Aku mengobrol dengannya dan ternyata beliau membawa telur-telur ayam kampung dan telur bebek untuk dijual di pasar Pakem. Ia menjualnya seharga 1500 atau 2000 rupiah gitu, maafkan yaa aduh aku nggak mengingatnya baik-baik. Itu muraaah sekali mengingat harga di pasar saja 3000 sampai 3500 rupiah.
Akhirnya aku beli lima telur ayam kampung dan lima telur bebek. Tapi temen-temen, alangkah bagusnya ya kalau kita beli dengan lebih manusiawi, sekaligus mensupport pedagang lokal. Mereka mah ngambil untung cuma beberapa ratus perak saja, nggak kayak di mall yang berlipat-lipat. Jadi, ditambahin aja. Masa kalau beli di mall hayuk hayuk aja, tapi giliran di pedagang kecil nawarnya naujubile.
Back to tha story, lucunya si Ibu nggak bawa plastik dan begitupuun aku juga! Akhirnya, aku pakai beanie(kupluk) milik adikku yang kupinjam hehe sebagai wadah telur... :') Maafkhand daku ok.
Akhirnya aku sampai di Pasar Pakem! Aku turun sebelum gerbangnya. Lho, pasar sudah sepi dan pasarnya tidak sesuai ekspektasiku! Sangat amat sepi untuk pasar... jadi, aku nggak bisa beli apa-apa. *Nangis* ah, meski nggak lazim, untung juga yha aku beli telur tadi.
Lalu, aku pun menunggu Bu Ari menjemputku, karena katanya dari Pasar Pakem menuju rumah Bu Ari, nggak ada angkutan, hanya ada ojek dan nantinya cukup mahal! Dan jengjeng, datanglah Bu Ari dengan perut besarnya... (Saat itu Bu Ari belum melahirkan)
Menuju rumah Bu Ari, ternyata jalanannya makin naik gitu, yha iyalah mendaki gunung. Udaranya segar, dan ya gimana sih namanya juga gunung, ya?
DAN TERNYATA BU ARI BOHONG. Dari pasar Pakem ke rumah Bu Ari, jauh, coy. JAUH LIKE REALLY. Oya, aku juga melewati Taman Eden masa! Hehe, besutannya Lia Eden yang dulu sempat hip itu, lho. Ternyata ada dua tempat dan letaknya cukup berjauhan. Sekarang, kata Bu Ari, Taman Eden jadi hotel. Ada lagi yang jadi restoran.
Bu Ari memelankan motornya di depan sebuah rumah... sementara aku dalam hati sibuk merapal-rapal,
"Bukan yang ini, bukan yang ini, bukan yang ini.....,"
"Turun, gih, Bel!"
Serius Bu??????
Rumahnya lovely ba-nget! Kayak bentuk-bentuk rumahnya liliput, namun ukuran manusia gitu, awww. Dreamy! Tapi aku nggak mau pajang fotonya, yha. Aku pajang foto rumah-rumah yang aku kunjungi ketika aku jalan-jalan saja. And damn, mataku, paru-paruku, dimanja sekali disini...
I know! 💚 Green all da way!
Oh ya, perutku apalagi, aduh bukan dimanja lagi!
Kebetulan yang begitu menyenangkan(hehe), mertua Bu Ari sangat pandaaaaaaaai memasak! :'> Ah, pokoknya selama disana aku benar-benar merasa dimuliakan sekali 😠Baik sekali ya ampun keluarganya Bu Ari, banyak yang nggak aku tulis disini...
Dan Ibu mertua Bu Ari bahkan dengan pengertiannya menerima oleh-olehku yang absurd itu...
Aku juga diajak jalan-jalan ke Museum Gunung Merapi yang ternyata tidak jauh-jauh amat(lho?) dari rumah Bu Ari, lalu ke Dagu Pandang, dan ketika jalan-jalan sendiri karena menunggu Bu Ari yang sedang mandi, aku juga menemukan Taman Wisata Kaliurang, whoaaaaa damn yeeeeeeeesssss!!!!!!! Asyiqueee banget! Dan lagi, aku masuknya gretongan, bo! Aku baru tahu dari obrolan Bu Ari dan Ibu mertuanya kalau orang-orang biasanya masuk lewat pintu depan dan harus membayar, namun aku masuk lewat pintu belakang dan asa-asa dikira orang lokal. Hohoho.
TAMAN WISATA KALIURANG
Luas? Banget banget GIGILS.
Adem? Jangan dipertanyakan.
Luas? Eh udah ya.
Seru? Bangeeeeettttt! Sayang aku sendirian.
Foto-able? Lebih dari iya. Lebih dari BANGET.
Rame? Iya, tapi ramenya nggak padat! Pas, gitu!
Variasi tempat bermain? Banyaaaaaaaque!
Enak buat ngelamun? Sangat!
Kamar mandi? Banyak!
Kolam renang? Yo'i!
Outbond? Damn yeez!
Piknik? Hell yeaaaa!
Jadi selama di Kaliurang, aku bernafas aja kok rasanya bahagia, ya. Udaranya luarbiasa bersih dan segar. My kind of happiness.
Sebenarnya, dibalik semua kesuburan, kesejukan, kekayaan ini, ada cerita-cerita mengerikan yang menimbulkan trauma, guys.
Perkakas makan yang diselimuti abu Merapi, koleksi Museum Gunung Merapi, Jogja, Indonesia.
Ibu mertua Bu Ari menceritakan padaku saat Gunung Merapi hendak meletus, bagaimana sekeliling mereka diselimuti abu, bagaimana semua warga akhirnya harus mengungsi memakai truk-truk, bagaimana barang-barang tanpa daya harus ditinggalkan, bagaimana rasanya naik motor di tengah gempuran hujan abu dan ketika sampai tujuan sudah tidak bisa mengenali diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka karena sudah seperti monster, diterpa air hujan lantas diselimuti abu sekujur tubuhnya...
It's even more more worse daripada yang aku ceritakan di atas. Mendengar cerita dari Ibu mertuanya Bu Ari membuatku merinding dan sedih sekali.
Huft. Segitu dulu, ya!
I hope my post kinda brings you there.
Salam,
Bella.
0 comments:
Post a Comment