Tuesday, 7 February 2017

A Very Short View of 2016

I’ve been overtelling stories for the past years or maybe for the past decade? So! I’ve been enjoying my writings, my treasures, the pictures, the moments on my own hehehe. So selfish, yaa. I am sorry. But nah, I’m not that pedit tho. I share via real-life-talk. Yep, it gets me tired too to tell the same stories again again and again, but… it’s fine da. :D So that’s probably why, I barely share my writing. And no need to mention how long it takes for me to re-read my writing over and over again before I feel like it’s proper enough to be published.

So maybe, let me share with you what I was thinking about the 2016 and how 2017 was just a glimpse for me, eh or for us? I mean, tau-tau udah Februari aja? Like whaat?!!!
But you see, it’s also a sign that if one month could pass this rapidly, then so one year.
2016, cukup banyak hal yang kupelajari, Alhamdulillah. Intisarinya bisa dibilang begini, kata-kata ini terus berputar di kepalaku sejak awal tahun 2017 tapi belum juga kutuliskan;

Dari mana-mana juga, senyum yang didapet setelah berjuang itu jauuh lebih nikmat dibanding senyum seseorang yang duduk di kursi penonton, tertawa karena menikmati pementasan yang disuguhkan orang lain.

Ya. Aku bisa tetep senyum karena tingkah orang lain, tapi… senyum yang didapat karena berusaha itu, ternyata lebih manis. Bagi diri kita sendiri. Tidak perlu dibandingkan dengan orang lain.
Segitu dulu aja kali ya. See you when I see you, or when you see me? :)

Take care,

Bella.

Monday, 6 February 2017

Saturday, 21 January 2017

So I'm here, alive and all!

    hello! Some of you were asking where’s the new post?!? So here it is. Hehe.

To be honest, ada terlalu banyak hal yang perlu aku tuliskan, dan juga ingin aku tulis. Tapi ngambil waktu tidur buat nulis seems like not my option anymore, karena sekarang aku butuh waktu tidur semaksimal mungkin (since i'm already saying goodbye to sleeping pills and messed-up sleeping-time tho) dan hari ini, im having my pretty-off-day meskipun sebenarnya tugas masih menumpuk, tapi mari menulis Bells!


Some of my friends and adults around me ask, 

emang udah siap Bel keluar negeri sendiri? Jauh-jauh gitu? Nggak takut apa? Hehe.

 Biasanya aku Cuma senyum dan jawab seadanya, kayak, “Nggak sih. Paling nanti disana nangis.” Hehe. 


Aku nggak bisa bilang kalau aku nggak masalah dengan rasa sakit, tapi rasa-rasanya aku ini memang cukup tertarik dengan yang namanya rasa sakit. Hehe. Kecuali kulit yang teriris ya, itu sungguh aku nggak tahan.

Rasa sakit disini, maksud aku ya kayak kesedihan, kesepian, sakit hati, gitu-gitu deh. 


Ketika di Tiongkok kemarin, di kelas seni melukis pakai cat air, aku mikir, apa yang mau aku gambar ya, dan yang aku gambar adalah ini. Ini ceritanya mamahku ketika muda. Heueue. 



Ketika gambarnya udah mau jadi, datanglah berbagai macam pikiran, kayak hal-hal yang udah dilakukan mamah dan papah aku sampai aku bisa disini, gimana nanti aku akan jauh dari mereka, dan kemudian aku gakuat dan akhirnya nangis. Kaya sekarang. Hehe. 


Jadi, teman-teman, sebenarnya meninggalkan rumah ini, kota ini bukan hal yang mudah buatku. Karena, nanti kalau aku pergi siapa yang urus ini, itu, ini, itu, ini, itu? Kalau mamah sakit, siapa yang masak di tengah malam dan kalau gas abis gimana kalau adik-adikku nggak kepikiran cara lain untuk masak? Nanti nenekku gimana, anak-anak muridku? 

Tapi, Mamah dan Papahku mendorongku. (Ya, mereka sama sekali bukan orang yang egois. Aku nggak tau aku bakalan bisa punya 1/100 dari sifat mereka itu atau nggak.) 


Sejujurnya, setiap kali aku pergi dari kota ini, itu berarti—aku fokus pada diriku. Pada mimpi-mimpiku, fokus pada proses dan tujuan pembelajaranku… dan ketika di rumah, aku berusaha untuk ngebantu orang lain, proyek mereka, dan lahin-lahin. 


Yang aku bayangkan, hari-hariku disana nanti pasti akan cukup banyak sesi nangis-nangisnya. 

Tapi, siapa tahu kesedihan yang dianugerahkan padaku itu menjagaku untuk tetap waras, untuk lebih mendekat kepada Nya, untuk lebih memantapkan langkahku. 


Suatu saat kamu akan pulang Bel, kamu akan menetap di suatu tempat, karena itu sekarang gunakan waktumu sebaik mungkin untuk melangkah, untuk melihat sejauh mungkin. Telan rasa sakitnya, nikmati setiap perihnya, sambil berdoa dan luruskan niat sering-sering. Beberapa kali aku ngomong sendiri dalem hati kayak gitu. Heueueue.

suatu saat, kesedihan ini akan habis. jatah hidupmu akan habis. ujian ini akan selesai. semua ini sementara. sementara. hold on.

astaga, semoga Ia tuntun kita ya.

*feelings come* 

Teehe.

Bells

Popular Posts

Blogger templates

Powered by Blogger.