So I'm here, alive and all!
hello! Some of you were asking where’s the new post?!? So
here it is. Hehe.
To be honest, ada terlalu banyak hal yang perlu aku tuliskan,
dan juga ingin aku tulis. Tapi ngambil waktu tidur buat nulis seems like not my
option anymore, karena sekarang aku butuh waktu tidur semaksimal mungkin (since i'm already saying goodbye to sleeping pills and messed-up sleeping-time tho) dan hari ini, im having my pretty-off-day
meskipun sebenarnya tugas masih menumpuk, tapi mari menulis Bells!
Some of my friends and adults around me ask,
emang udah siap Bel keluar negeri sendiri?
Jauh-jauh gitu? Nggak takut apa? Hehe.
Biasanya aku Cuma senyum dan jawab
seadanya, kayak, “Nggak sih. Paling nanti disana nangis.” Hehe.
Aku nggak bisa bilang kalau aku nggak masalah dengan rasa
sakit, tapi rasa-rasanya aku ini memang cukup tertarik dengan yang namanya rasa
sakit. Hehe. Kecuali kulit yang teriris ya, itu sungguh aku nggak tahan.
Rasa sakit disini, maksud aku ya kayak kesedihan, kesepian,
sakit hati, gitu-gitu deh.
Ketika di Tiongkok kemarin, di kelas seni melukis pakai cat
air, aku mikir, apa yang mau aku gambar ya, dan yang aku gambar adalah ini. Ini
ceritanya mamahku ketika muda. Heueue.
Ketika gambarnya udah mau jadi,
datanglah berbagai macam pikiran, kayak hal-hal yang udah dilakukan mamah dan
papah aku sampai aku bisa disini, gimana nanti aku akan jauh dari mereka, dan
kemudian aku gakuat dan akhirnya nangis. Kaya sekarang. Hehe.
Jadi, teman-teman, sebenarnya meninggalkan rumah ini, kota
ini bukan hal yang mudah buatku. Karena, nanti kalau aku pergi siapa yang urus
ini, itu, ini, itu, ini, itu? Kalau mamah sakit, siapa yang masak di tengah
malam dan kalau gas abis gimana kalau adik-adikku nggak kepikiran cara lain
untuk masak? Nanti nenekku gimana, anak-anak muridku?
Tapi, Mamah dan Papahku
mendorongku. (Ya, mereka sama sekali bukan orang yang egois. Aku nggak tau aku
bakalan bisa punya 1/100 dari sifat mereka itu atau nggak.)
Sejujurnya, setiap kali aku pergi dari kota ini, itu
berarti—aku fokus pada diriku. Pada mimpi-mimpiku, fokus pada proses dan tujuan
pembelajaranku… dan ketika di rumah, aku berusaha untuk ngebantu orang lain,
proyek mereka, dan lahin-lahin.
Yang aku bayangkan, hari-hariku disana nanti pasti akan cukup
banyak sesi nangis-nangisnya.
Tapi, siapa tahu kesedihan yang dianugerahkan
padaku itu menjagaku untuk tetap waras, untuk lebih mendekat kepada Nya, untuk
lebih memantapkan langkahku.
Suatu
saat kamu akan pulang Bel, kamu akan menetap di suatu tempat, karena itu
sekarang gunakan waktumu sebaik mungkin untuk melangkah, untuk melihat sejauh
mungkin. Telan rasa sakitnya, nikmati setiap perihnya, sambil berdoa dan
luruskan niat sering-sering. Beberapa kali aku ngomong
sendiri dalem hati kayak gitu. Heueueue.
suatu saat, kesedihan ini akan habis. jatah hidupmu akan
habis. ujian ini akan selesai. semua ini sementara. sementara. hold on.
astaga, semoga Ia tuntun kita ya.
*feelings come*
Teehe.
Bells