Sunday 7 August 2016

YGY #1: The Other Side of Jogja, Kaliurang

Yaaay akhirnya good mood meets spare time. Hah, Bella sungguh jahat. Ini sudah bulan Agustus, dan aku mau nyeritain pengalamanku waktu ke Jogja Awal Mei lalu. Like, awal banget.

1 Mei 2016, adalah tanggal dimana aku berangkat dari Solo, tepatnya dari Stasiun Purwosari untuk cuus ke Stasiun Yogyakarta yang seringkali disebut Stasiun Tugu.

Rencananya sih, aku naik kereta Prameks, yang harga naiknya cuma 8000,- Rupiah. Tapi ketika aku memesan tiket ke loket, aku nggak bilang Prameks, aku bilang kereta ke Jogja saja. Dan Mbaknya menunjuk ke peron, dimana sudah ada kereta yang nangkring, dan katanya, "Itu, keretanya sudah mau berangkat!"

Berhubung aku saat itu belum paham dan keburu-buru, aku langsung pesan tiketnya. Padahal, biayanya 20.000 rupiah. Huftz!

Later then, aku masih nggak tahu, kereta yang kunaiki itu kereta Joglokerto atau Lodaya. Jadi, panggil saja dia kereta misterius, ya.

Memang, bahan jok keretanya lebih bagus dari jok di kereta Prameks, yang rata rata bahannya kulit sintetis dan berwarna krem. Kereta misterius yang kunaiki jok kursinya dari beludru merah gitu, empuk dan bersih. Namun kenyamanannya dibandingkan dengan Prameks hanya beda tipiiiiiis, kok! Kadang, walau jarang sekali lho ya, Prameks lebih memiliki kemungkinan penundaan perjalanan.

Lama perjalanan sekitar satu jam lebih beberapa menit. Trus karena aku kurang tidur aku beneran bobo banget itu selama kereta berjalan.


Dengan berbekal tas bahu sebuah saja(bahkan aku gabawa tas pinggang), aku siap menuju Jogja!


Jadii aku rencananya mau langsung cus menuju tempat ibu guruku... Namanya Bu Ari.


Nah, Bu Ari tinggal di Kaliurang. And I had no idea, Kaliurang itu kayak mana. Kesananya gimana. Namun, Bu Ari menuntunku via sms how to get to Kaliurang by TransJogja.


FYI, takutnya belum tau, TransJogja itu ya cem TransJakarta. Bus milik pemerintah, gitu lho. Biayanya juga murah, cuma 3.500 rupiah jauh dekat.

Bangun-bangun, kereta sudah mau sampai dan aku langsung siap siap. Kalau nggak salah lagi, aku nyampai sekitar jam 7 pagi  gitu. Dan Stasiun Tugu udah ruameeee bangeeettt!


Stasiun Tugu di malam hari, diambil pada Agustus 2016. I know. So nostalgic.

Terus aku duduk dulu, sambil berbagi kegembiraan ke temen-temenku nun jauh disana. Pap sana, pap sini,  sambil lihat Google Map, ada apa aja sih dideket sini. And I was like finding "Pasar Kembang" thingy dan aku pengeeen banget kesana buat beli kembang buat Bu Ari. Hehe.

Aku pun keluar stasiun(which is cukup jauh bro) dan nemu booth pusat informasi gitu di deket pintu masuknya. Karena masih agak bingung, aku sekalian tanya-tanya dimana sih halte TransJogja terdekat. Ada beberapa orang didepanku yang juga lagi bertanya sama Mbak petugasnya dan Mbaknya helpful sekali. Tapi jujur, disitu aku agak ragu bertanya, duh, jadi ya nanyanya setengah-setengah dan alhasil rada rada nggak ngudheng gitu hahaha. Jangan ditiru yha.


Terus da aku jalan keluar lewat gerbang yang kenapa ya, kok kurang kelihatan seperti gerbang keluar gitu. Dan disitu para supir taksi dan mamang ojek sudah membuat kerumunan dan dengan ribut menawarkan jasa mereka. But I was (pretending to be) on the phone with my grandma, and as I expected, the crowds tend to let me go because I was busy calling. Yeap, itu jurus aku buat atasin para calo ataupun drivers yang langsung menyambut kita saat keluar dari stasiun, terminal, dsb dan maksa-maksa gitu. Tapi aku juga memastikan handphoneku nggak mudah direbut orang kok.

Jangan lupa ditambah wajah sumringah khas orang sudah hampir dapat bersua dengan handai taulan, plus ucapan cukup kencang, "Aku udah sampek, nih. Iya, he eeh! Kamu dimana? Loooh? Ish, ya udah deh... Iya, jalan nih! Udah diluar.. Jadi nanti aku belok mana? Kiri? Trus nyebrang?"

Ketika kamu bepergian sendiri dan kamu bukan orang lokal, serbuan para calo itu lumayan mengganggu, lho.


Keluar stasiun, aku menengok ke kanan ke kiri. It doesn't seems like there is any Pasar Bebungaan here? Aku kecewa. Kok gitu, ya?
Karena mengejar waktu, aku akhirnya ngejar yang pasti aja deh, halte Transjogja. Meski aku belum ngudheng itu dimana sih.


(Baru berbulan-bulan setelahnya, aku sadar kalau Pasar Kembang adalah nama JALAN dimana Stasiun Tugu berada. NAMA JALAN. Ha!)


Awyeah, budaya Jogja (yang kota loh ya) menurutku beda dengan Solo. Sekota-kotanya Solo, aku nggak pernah lho diusik di jalan. Padahal aku sering banget jalan kaki sendirian, menikmati pedestrian Kota Solo yang seringnya lovable banget. Rindang, jalannya mulus dan luas, nggak ada yang suit suit, manggil-manggil neng, dll. Aku bahkan nggak ingat pernah mendengar orang berteriak di jalanan Solo.


Tapi di Jogja bagian kota, ada. Dan cukup banyak. Ya Jogja memang lebih ramai dan lebih kaya pendatang dibandingkan dengan Solo yang adem tentrem.


(Btw, aku kan pernah ya bilang ke temanku yang orang Solo, bahwa orang Solo keknya lembut lembut banget ya, nggak bisa marah. Temenku yang haluus banget orangnya itu langsung masang muka datar dan bilang kalau aku nggak tahu aja. Orang Solo juga ada yang galak, kok.)

Aku ngelewatin Jl. Malioboro. Oh My, look at the famous green road sign, I'm in Jl. Malioboro tho!


Aku menyebrang ke kiri jalan, ke Stasiun Lempuyangan yang berada di depan jalan Malioboro. Elah, tau gitu gue turun situ aja dah.

(UPDATE: TERNYATA TEMPAT DI DEPAN MALIOBORO YANG AKU KIRA STASIUN LEMPUYANGAN DENGAN SOK TAHUNYA ITU adalah TAMAN PARKIR ABU BAKAR ALI. SO, Yang mau ke Malioboro, turun ya di Stasiun Tugu!)

Keheranan karena ga nemu-nemu yang namanya halte TransJogja, akhirnya aku nanya sama beberapa ibu-ibu yang lagi duduk. Mereka menunjukkan letak halte Transjogja yang ternyata, terletak di tengah-tengah jalan Malioboro! Astagaa...

Lalu akupun jalan ke haltenya, dan mencoba memahami peta yang ada sambil dicocok-cocokin sama teks dari Bu Ari dan tanya sama petugasnya yang juga pengertian, dan seems like I'm on the right track! Nanti aku perlu transit bus satu kali saja.


Dari peta di halte Trans itulah aku baru tahu bahwa Kaliurang itu ada di Jogja bagian atas, alias utara. Dan transnya tidak sampai ke Jalan Kaliurang, tapi sampai ke perempatan yang salah satu cabangnya ialah Jalan Kaliurang. Dan jalan itu, puanjangnyaaaa bukan maeeeen bo'.

Singkat cerita, sampailah aku di halte Kaliurang. Aku turun, dan jalan balik ke perempatan, terus nyusurin Jalan Kaliurang, sampai nemuin rumah makan di bagian kanan. Krucuk krucuk... da aku teh belum maem. Namanya RM Rata Rata apa something gituu, pokoknya inisialnya RR. Aku mampir dan pesen jus alpukat sambil cuci tangan disana, trus lihat google map. Btw, itu rumah makan hacep bener! Pilihan jusnya lengkap. Masih pagi padahal, tapi pengunjung udah banyak. Makanannya cem padang gitu, jadi cepat saji, tapi variannya jauuh lebih banyak.


Kata Bu Ari, aku turun di Pasar... Pasar... PASAR APAYA LUPAAA. Pokoknya aku disuruh turun disitu. Aku udah nemu lokasi ntu di google map dan woaaaah they look far away juga yah!


Oya, Pasar Pakem! Hehe. Trus aku nunguin tuh di RM RR, nunggu bus, angkot, atau mobil elf yang lewat. Buset kaga ada. Aku keluar tuh, nanya sama petugas parkirnya dan katanya, "Ada kok Mbak," trus aku pede aja deh jalan terus, habis cuaca mulai panas sekali... dan aku butuh tempat berteduh baru karena RM tadi rame, jadi ngga enak kalau cuma pesan jus tapi nongkrongnya lama.


Gila ini aku nungguin depan warnet yang tutup, kaga ada tuh satupun kendaraan umum yang lewat. Sama sekali.


Aku nemu tempat makan gado-gado gitu tapi aku lupa nama tokonya, semacam lotek apa apaaa gitu, huwa ini nih ruginya nggak nulis detail perjalanan di notes.


Disitu aku beli gado gado gitu satu karena takut laper, plus beli TAHU BASONYA yang enaaak banget! Petugasnya adalah mas-mas migran... dari kota sebelah tapi, hehe. Beliau baik sekali.

Brb nunggu angkutan.


Aku nunggu sampai setengah jam, ga ada yang lewat. Aku mluai resah. Si mas-mas menghiburku (dalam artian yang baik ya), soalnya aku ngeliatin jalan mulu dengan hopeless, hehehe... habis aku lupaa kalau TERNYATA AKU TUH GABAWA POWERBANK KE JOGJA! Aku meninggalkannya di Solo. Jadi aku nggak bisa main handphone karena takut baterainya habis di waktu penting.


"Biasanya banyak ini angkot lewat, ini kenapa ya." Kata si Mas, setelah satu jam berlalu. Setdah. Sepuluh menitan kemudian datang karyawan yang lain dan setengah jam kemudian datang bapak bapak pemilik tempat makan itu. Sang karyawan satu dan dua pun mundur, dan mereka pun beberes dan masak masak sambil dibimbing pak pemilik.


Selang lima belas menit kemudian, pluk... si Bapak Pemilik menaruh kursi di dekatku. Beliau mengajakku ngobrol. Beliau surprise saat tahu aku dari Banten dan agak ngotot menanyaiku soal pesantren di kaki gunung di Pandeglang. Sayaaang, aku tidak tahu.


Aku sudah menunggu sampai dua jam lebih, bro. Itu rekor banget buatku.


Dan akyu masih menunggu. Sekarang, ketiga orang itu ikut menunggui jalan bersamaku. Ih, so swit banget ga sih. :')


SAMPAI TIBA TIBA, JENGJENG, TAMPAKLAH MOBIL ELF YANG BERJALAN PELAN.

"ITU PAK?" Sambarku hampir tifak percaya.

"Iya, itu!" Beliau bangkit dan begitupun aku dan kami menyongsong elf itu dengan gembira dan lega, sementara aku segera masuk saat sudah memastikan elf ini akan melewati Pakem, dan si Bapak Pemilik berbicara sekilas dengan supirnya. Itu terjadi cepaaaat sekali! Elfnya pun langsung siap-siap berangkat lagi. Aku buru-buru berbalik badan dan yah, agak meneriakkan terima kasih begitu pada dua Mas baik hati dan Bapak Pemilik tempat makan yang sama baik hatinya.

Mereka membalas sambil tersenyum ramah, dan langsung kembali ke bagian tugas masing-masing, seolah tugas mereka menemaniku menunggu selama berjam-jam adalah hal kecil yang biasa saja. Seringan itu.
And I still remember how warm they respond to my too-short-thank-you-and-farewell and how genuine their smiles were.


Thank you, Jogja, for the kind and warm welcome.
See you in da next part yo! More pics in the next post btw.

Hugs,
Bella.

1 comment:

Popular Posts

Blogger templates

Powered by Blogger.